Jumat, 30 September 2011

AD-NU HASIL MUKTAMAR KE-85 DI MAKASSAR


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

MUQADDIMAH

Bahwa agama Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin (rahmat  bagi semesta alam) dengan ajaran yang mendorong terwujudnya kemaslahatan dan kesejahteraan hidup bagi segenap umat manusia di dunia dan akhirat.
Bahwa para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Indonesia terpanggil untuk melanjutkan dakwah Islamiyah dan melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar dengan mengorganisasikan kegiatan-kegiatannya dalam suatu wadah organisasi yang bernama NAHDLATUL ULAMA, yang bertujuan untuk mengamalkan ajaran Islam menurut faham Ahlussunnah wal Jama'ah.
Bahwa kemaslahatan dan kesejahteraan warga NAHDLATUL ULAMA menuju Khaira Ummah adalah bagian mutlak dari kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Maka dengan rahmat Allah Subahanahu wa Ta'ala, dalam perjuangan mencapai masyarakat adil dan makmur yang menjadi cita-cita seluruh masyarakat Indonesia, Perkumpulan/Jam'iyah NAHDLATUL ULAMA beraqidah/berasas Islam menganut faham Ahlusunnah wal Jama’ah dalam bidang aqidah mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi; dalam bidang fiqh mengikuti salah satu dari Madzhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali); dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab Imam al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, NAHDLATUL ULAMA berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila bagi umat Islam adalah keyakinan tauhid bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bahwa cita-cita bangsa Indonesia dapat diwujudkan secara utuh apabila seluruh potensi nasional diberdayakan dan difungsikan secara baik, dan NAHDLATUL ULAMA berkeyakinan bahwa keterlibatannya secara penuh dalam proses perjuangan dan  pembangunan nasional merupakan suatu keharusan. 
Bahwa untuk mewujudkan hubungan antar bangsa yang adil, damai dan manusiawi menuntut saling pengertian dan saling memerlukan, maka NAHDLATUL ULAMA bertekad untuk mengembangkan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Wathoniyah dan ukhuwah Insaniyah yang mengemban kepentingan nasional dan internasional dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip al-ikhlash (ketulusan), al-‘adalah (keadilan), at-tawassuth (moderasi), at-tawazun (keseimbangan) dan at-tasamuh (toleransi).
Bahwa Perkumpulan/Jam’iyyah Nahdlatul Ulama tetap menjunjung tinggi semangat yang melatarbelakangi berdirinya dan prinsip-prinsip yang ada dalam Qanun Asasi.
Menyadari hal-hal di atas, Perkumpulan/Jam'iyah sebagai suatu organisasi maka disusunlah Anggaran Dasar NAHDLATUL  ULAMA sebagai berikut:

BAB I
NAMA, KEDUDUKAN DAN STATUS
Pasal 1
1.    Perkumpulan/Jam'iyah ini bernama Nahdlatul Ulama disingkat NU.
2.    Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M untuk waktu yang tak terbatas.

Pasal 2
Nahdlatul Ulama berkedudukan di Jakarta, Ibukota Negara Republik Indonesia yang merupakan tempat kedudukan Pengurus Besarnya.

Pasal 3
1.    Nahdlatul Ulama sebagai Badan Hukum Perkumpulan bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial.
2.    Nahdlatul Ulama memiliki hak-hak secara hukum sebagai Badan Hukum Perkumpulan termasuk di dalamnya hak atas tanah dan aset-aset lainnya.

BAB II
PEDOMAN, AQIDAH DAN ASAS
Pasal 4
Nahdlatul Ulama berpedoman kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’, dan Al-Qiyas.

Pasal 5
Nahdlatul Ulama beraqidah Islam menurut faham Ahlusunnah wal Jama’ah dalam bidang aqidah mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi; dalam bidang fiqh mengikuti salah satu dari Madzhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali); dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab Imam al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.

Pasal 6
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Nahdlatul Ulama berasas kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB III
LAMBANG
Pasal 7
Lambang Nahdlatul Ulama berupa gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak melingkari di atas garis khatulistiwa yang terbesar di antaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah garis khatulistiwa, dengan tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia ke sebelah kiri, semua terlukis dengan warna putih di atas dasar hijau.

BAB IV
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 8
1.    Nahdlatul Ulama adalah perkumpulan/jam’iyyah diniyyah islamiyyah ijtima’iyyah (organisasi sosial keagamaan Islam) untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat dan martabat manusia.
2.    Tujuan Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal Jama'ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta.

Pasal 9
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana Pasal 8 di atas, maka Nahdlatul Ulama melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut:
a.    Di bidang agama, mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal Jama'ah.
b.    Di bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan negara.
c.    Di bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat yang terpinggirkan (mustadl’afin).
d.    Di bidang ekonomi, mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk kemakmuran yang merata.
e.    Mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak dalam maupun luar negeri yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khaira Ummah.

BAB V
KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 10
1.    Keanggotaan Nahdlatul Ulama terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan.
2.    Ketentuan untuk menjadi anggota dan pemberhentian keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 11
Ketentuan mengenai hak dan kewajiban anggota serta lain-­lainnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VI
 STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI
 Pasal 12
Struktur Organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari :
a.    Pengurus Besar.
b.    Pengurus Wilayah.
c.    Pengurus Cabang/Pengurus Cabang Istimewa.
d.    Pengurus Majelis Wakil Cabang.
e.    Pengurus Ranting.
f.     Pengurus Anak Ranting.

Pasal 13
Untuk melaksanakan tujuan dan usaha-usaha sebagaimana dimaksud Pasal 8 dan 9, Nahdlatul UIama membentuk perangkat organisasi yang meliputi: Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan organisasi Jam'iyah Nahdlatul Ulama.

BAB VII
KEPENGURUSAN DAN MASA KHIDMAT
Pasal 14
1.    Kepengurusan Nahdlatul Ulama terdiri dari Mustasyar, Syuriyah dan  Tanfidziyah.
2.    Mustasyar adalah penasehat yang terdapat di Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang/ Pengurus Cabang Istimewa, dan pengurus Majelis Wakil Cabang.
3.    Syuriyah adalah pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama.
4.    Tanfidziyah adalah pelaksana.
5.    Ketentuan  mengenai  susunan  dan  komposisi  kepengurusan  diatur  dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 15
1.    Pengurus Besar Nadhlatul Ulama terdiri dari :
  1. Mustasyar Pengurus Besar.
  2. Pengurus Besar Harian Syuriyah.
  3. Pengurus Besar Lengkap Syuriyah.
  4. Pengurus Besar Harian Tanfidziyah.
  5. Pengurus Besar Lengkap Tanfidziyah.
  6. Pengurus Besar Pleno.
2.    Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama terdiri dari :
  1. Mustasyar Pengurus Wilayah.
  2. Pengurus Wilayah Harian Syuriyah.
  3. Pengurus Wilayah Lengkap Syuriyah.
  4. Pengurus Wilayah Harian Tanfidziyah.
  5. Pengurus Wilayah Lengkap Tanfidziyah.
  6. Pengurus Wilayah Pleno.
3.    Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama terdiri dari :
  1. Mustasyar Pengurus Cabang.
  2. Pengurus Cabang Harian Syuriyah.
  3. Pengurus Cabang Lengkap Syuriyah.
  4. Pengurus Cabang Harian Tanfidziyah.
  5. Pengurus Cabang Lengkap Tanfidziyah.
  6. Pengurus Cabang Pleno.
4.    Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama terdiri dari:
  1. Mustasyar Pengurus Cabang.
  2. Pengurus Cabang Harian Syuriah.
  3. Pengurus Cabang Lengkap Syuriah.
  4. Pengurus Cabang Harian Tanfidziyah.
  5. Pengurus Cabang Lengkap Tanfidziyah.
  6. Pengurus Cabang Pleno.
5.    Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama terdiri atas:
a.    Mustasyar Pengurus Majelis Wakil Cabang.
b.    Pengurus Majelis Wakil Cabang Harian Syuriyah.
c.    Pengurus Majelis Wakil Cabang Lengkap Syuriyah.
d.    Pengurus Majelis Wakil Cabang Harian Tanfidziyah.
e.    Pengurus Majelis Wakil Cabang Lengkap Tanfidziyah.
f.     Pengurus Majelis Wakil Cabang Pleno.
6.    Pengurus Ranting Nadhlatul Ulama terdiri atas:
a.    Pengurus Ranting Harian Syuriyah.
b.    Pengurus Ranting Lengkap Syuriyah.
c.    Pengurus Ranting Harian Tanfidziyah.
d.    Pengurus Ranting Lengkap Tanfidziyah.
e.    Pengurus Ranting Pleno.
7.    Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama terdiri dari:
a.    Pengurus Anak Ranting Harian Syuriyah.
b.    Pengurus Anak Ranting Lengkap Syuriyah.
c.    Pengurus Anak Ranting Harian Tanfidziyah.
d.    Pengurus Anak Ranting Lengkap Tanfidziyah.
e.    Pengurus Anak Ranting Pleno.
8.    Ketentuan  mengenai  susunan  dan  komposisi  pengurus  diatur  dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 16
1.    Masa Khidmat Kepengurusan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 adalah lima tahun dalam satu periode di semua tingkatan, kecuali Pengurus Cabang Istimewa selama 2 (dua) tahun.
2.    Masa jabatan  pengurus  Lembaga  dan  Lajnah  disesuaikan  dengan  masa jabatan Pengurus Nahdlatul Ulama di tingkat masing-masing.
3.    Masa  Khidmat Ketua Umum Pengurus Badan Otonom adalah 2 (dua) periode, kecuali Ketua Umum Pengurus Badan Otonom yang berbasis usia adalah 1 (satu) periode.

BAB VIII
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 17
Mustasyar bertugas dan berwenang memberikan nasehat kepada Pengurus Nahdlatul Ulama menurut tingkatannya baik diminta ataupun tidak.

Pasal 18
Syuriyah bertugas dan berwenang membina dan mengawasi pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi sesuai tingkatannya.

Pasal 19
Tanfidziyah mempunyai tugas dan wewenang menjalankan pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi sesuai tingkatannya.

Pasal 20
Ketentuan tentang rincian wewenang dan tugas sesuai pasal 17, 18 dan 19 diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
PERMUSYAWARATAN
Pasal 21
1.    Permusyawaratan adalah suatu pertemuan yang dapat membuat keputusan dan ketetapan organisasi  yang diikuti oleh struktur organisasi di bawahnya.
2.    Permusyawaratan di lingkungan Nahdlatul Ulama meliputi Permusyawaratan Tingkat Nasional dan Permusyawaratan Tingkat Daerah.

Pasal 22
1.    Permusyawaratan tingkat nasional yang dimaksud pada pasal 21 terdiri dari:
  1. Muktamar
  2. Muktamar Luar Biasa
  3. Musyawarah Nasional Alim Ulama
  4. Konferensi Besar
Pasal 23
Permusyawaratan tingkat daerah yang dimaksud pada pasal 21 terdiri:
a.       Konferensi Wilayah
b.      Musyawarah Kerja Wilayah
c.       Konferensi Cabang/Konferensi Cabang Instimewa
d.      Musyawarah Kerja Cabang/Musyawarah Kerja Cabang Istimewa
e.       Konferensi Majelis Wakil Cabang
f.       Musyawarah Majelis Wakil Cabang
g.      Musyawarah Ranting
h.      Musyawarah Anak Ranting

Pasal 24

1.    Permusyaratan di lingkungan Badan Otonom Nahdlatul Ulama meliputi permusyawaratan Tingkat Nasional dan Tingkat Daerah.
2.    Permusyawaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) pasal ini terdiri dari:
a.    Kongres
b.    Rapat kerja
3.    Permusyawaratan Badan Otonom merujuk kepada dan tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan-Peraturan Organisasi Nahdlatul Ulama dan Peraturan-Peraturan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
4.    Badan Otonom Harus meratifikasi hasil permusyawaratan Nahdlatul Ulama.

Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai permusyawaratan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB X
RAPAT-RAPAT
Pasal 26
Rapat adalah suatu pertemuan yang dapat membuat keputusan dan ketetapan organisasi  yang dilakukan di masing-masing tingkat kepengurusan.

Pasal 27
Rapat-rapat di lingkungan Nahdlatul Ulama terdiri dari:
a.    Rapat Pleno.
b.    Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah.
c.    Rapat Harian Syuriyah.
d.    Rapat Harian Tanfidziyah.
e.    Rapat-rapat lain yang dianggap perlu.

Pasal  28
Ketentuan lebih lanjut tentang rapat-rapat sebagaimana tersebut pada pasal 27 akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 29
1.    Keuangan Nahdlatul Ulama digali dari sumber-sumber dana di lingkungan Nahdlatul Ulama, umat Islam, maupun sumber-sumber lain yang halal dan tidak mengikat.
2.    Sumber dana Nahdlatul Ulama diperoleh dari:
a.    Uang pangkal.
b.    Uang I’anah Syahriyah
c.    Sumbangan
d.    Usaha-usaha lain yang halal.
3.    Ketentuan penerimaan dan pemanfaatan keuangan yang termaktub dalam ayat 1 (satu) dan ayat 2 (dua) pasal ini diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 30
Kekayaan organisasi adalah inventaris dan aset Organisasi yang berupa harta benda bergerak dan atau harta benda tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai oleh Organisasi/Perkumpulan Nahdlatul Ulama.

BAB XII
PERUBAHAN
Pasal 31
1.    Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah oleh Keputusan Muktamar yang sah yang dihadiri sedikitnya dua pertiga dari jumlah pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang/Pengurus Cabang Istimewa yang sah dan sedikitnya disetujui oleh dua pertiga dari jumlah suara yang sah.
2.    Dalam hal Muktamar yang dimaksud ayat 1(satu) Pasal ini tidak dapat diadakan karena tidak tercapai quorum, maka ditunda selambat-lambatnya 1 (satu) bulan dan selanjutnya dengan memenuhi syarat dan ketentuan yang sama Muktamar dapat dimulai dan dapat mengambil keputusan yang sah.

BAB XII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 32
1.    Pembubaran Perkumpulan/Jam'iyah Nahdlatul Ulama sebagai suatu organisasi hanya dapat dilakukan apabila mendapat persetujuan dari seluruh anggota dan pengurus di semua tingkatan.
2.    Apabila Nahdlatul Ulama dibubarkan, maka segala kekayaannya diserahkan kepada organisasi atau badan amal yang sefaham dengan persetujuan dari seluruh anggota dan pengurus di semua tingkatan.

BAB XIII
PENUTUP
Pasal 33
Muqaddimah Qanun Asasy oleh Rais Akbar Hadratus Syaikh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari dan Naskah Khittah Nahdlatul Ulama merupakan bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.

1 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More